We Can Be Your Friends On Science Study Because You Can Get Eastly Download The More Article, Picture, Video, And More Reference About Science. You Can Upload Your Activities In Science, Food Recipe, Various Crop Benefit For Drug, And etc. We Want You Science Study An Enjoyed.

Rabu, 28 April 2010

pembelajaran kooperatif model TPS

PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MODEL THINK-PAIR-SHARE (TPS) MANJADI ALTERNATIF PILIHAN

Oleh : Lutfi Hasan Basri, S.Pd


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini ilmu pengetahuan dan tehnologi semakin maju dan terus berkembang,oleh karena itu peningkatan dan penyempurnaan terus dilaksanakan guna tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Salah satu upaya peningkatan dan penyempurnaannya adalah melakukan perubahan kurikulum sesuai dengan tujuan yakni menumbuhkembangkan pola pikir siswa.
Upaya menumbuhkembangkan pola pikir siswa dalam penggalian konsepsi atau ilmu selain dengan melakukan perubahan kurikulum juga tidak lepas dari keterampilan dan kemampuan guru, persoalanya adalah bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata. Hal ini merupakan tantangan yang dihadapi guru setiap hari dalam menyampaikan setiap materi pelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran sangat menentukan kualitas pengajaran dalam proses belajar mengajar. Menurut Supriadi (1995) untuk pengajaran diperlukan penggunaan metode pembelajaran yang optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi pada setiap mata pelajaran, khususnya biologi, harus diorganisasikan dengan metode yang tepat pula.
Pembelajaran yang terlalu tergantung pada metode ceramah menyebabkan siswa mengansumsi peranya di kelas hanya sebagai penonton. Siwa merasa bahwa guru akan memberi pengetahuan hanya jika mereka hadir dalam kelas. Mereka kurang menyadari seberapa besar usaha yang harus dilakukan untuk berhasil dalam belajar. Salah satu tugas yang paling sulit bagi guru adalah meyakinkan siswanya agar bertanggung jawab terhadap proses belajar mereka.
Terdapat tiga kemungkinan yang dipilih guru dalam menyusun pengajaran bagi siswanya:
1. Bekerja secara kolaboratif dalam kelompok kecil,dimana mereka akan saling membantu untuk menguasai materi yang diajarkan
2. Bersaing antara satu dengan yang lainnya untuk menentukan yang terbaik
3. Bekerja secara mandiri baik untuk menentukan kriteria tujuan yang ingin dicapainya maupun cara untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan alternatif metode pembelajaran lain yang dapat mengaktifkan seluruh siswa selama proses pembelajaran dan memberkan kasempatan untuk bekeja sama antar siswa yang mempunyai kemampuan heterogen. Metode pembelajaran tersebut adalah think-pair-share (TPS). Metode ini dikembangkan oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Maryland pada tahun 1981 dengan mnyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk berfikir dalam memecahkan suatu masalah dan melakukan kerja sama dengan teman sebayanya dalam bentuk diskusi kelompok dimana seluruh siwa dapat aktif dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran kooperaktif siswa lebih muda menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
Belajar kooperatif adalah strategi pembelajaran kelompok kecil yang digunakan untuk:
1. Meningkatkan kemampuan akademik melalui kolaborasi kelompok.
2. Memperbaiki hubungan antar siswa yang berbeda latar belakang etnik dan kemampuannya.
3. Mengembangkan keterampilan untuk memecah masalah melalui kelompok.
4. Mendorong proses demokrasi kelas.
Dalam belajar biologi metode ini sangat tepat diterapkan karena akan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai materi yang dipelajarinya dengan cara mencari, menemukan dan mengembangkan secara kelompok fakta-fakta dan konsep-konsep yang berkaitan. Motivasi belajar Biologi yang rendah disebabkan oleh kurang efektifnya stategi motivasional yang diterapkan guru, disamping itu kegiatan belajar mengajar biologi selama ini didominasi oleh kegiatan yang bersifat hafalan dan verbalistik
B.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran?
2. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif?
3. Apa yang di maksud dengan think-pair-share?

C.Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian metode pembelajaran
2. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran kooperatif
3. Untuk mengetahui pengertian Think-Pair-Share (TPS)

BAB II
PEMBAHASAN
1. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau teknik mengajar topik-topik tertentu yang disusun secara teratur dan logis.(Hudoyo, 1979:126)
Metode adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan yamg telah ditetapkan dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai tujuan yang hendak dicapai setelah pengajaran berakhir seseorang tidak akan melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode mengajar (Syaiful Bahri, Djamara, 2002:53)
Kegiatan belajar mengajar yang menghasilkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran guru secara sadar mengatur lingkungan belajar agar menggairahkan anak didik. Salah satu tugas guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Adapun metode yang digunakan dalam pelajaran banyak macamnya, antara lain: metode ceramah, metode kerja kelompok, metode simulasi dan sebagainya.
Metode mengajar yang digunakan guru dalam setiap kali pertemuan kelas bukan asal pakai, tetapi dipilih setelah melakukan seleksi yang berkesesuaian dengan tujuan insruksional khusus. Adapun faktor-faktor yang mempengarui pemilihan metode adalah anak didik, tujuan, situasi, fasilitas, dan guru.(Surahmad, dalam Djamara, 2002:89)
Menurut Djamara (2002:82) peranan atau kedudukan suatu metode dalam pembelajaran adalah sangat penting yaitu : 1) Sebagai alat motivasi ekstrinsik ; 2) Sebagai strategi pembelajaran ; 3) Sebagai alat untuk mencapai tujuan.
1.Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsangan dari luar. Metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
2.Metode sebagai strategi pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mempu berkonsentrasi dalam waktu yang cukup lama, daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam ada yang cepat, ada yang sedang, ada juga yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan oleh guru.
3.Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak dapat membawa kegiatan belajar menurut kehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan.
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai apabila tidak didukung dengan metode pengajaran yang baik. Metode merupakan cara atau salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Bertolak dari pemikiran tersebut maka dapat ditarik kesepahaman bahwa metode pengajaran yang benar dan akurat dapat dijadikan alat yang efektif dalam mencapai tujuan pengajaran.
2. Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa definisi pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Menurut Slavin (dalam Rahayu 1998:156) pembelajaran kooperatif mengandung pengertian siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan tanggung jawab terhadap tercapainya hasil belajar secara individu maupun kelompok. Perasaan yang saling bertanggung jawab sering diistilahkan dengan ’Swini and Sink Together”. Selain definisi tersebut, Cohen (dalam Rahayu, 1998:156) mengemukakan pembelajaran kooperatif meliputi belajar berkolaborasi. Belajar secara kooperatif dan bekerja kelompok, juga menunjukkan arti sosiologis yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif yang harus dikerjakan bersama kelompok dan pendelegasian wewenang dari guru kepada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa menyelesaikan materi tugas.
Menurut Barba (dalam Susanto, 1999:50) belajar kooperatif (Cooperatif Learning) adalah strategi pembelajaran kelompok kecil yang digunakan untuk :
1)Meningkatkan kemampuan akademik melalui kolaborasi kelompok,
2)Memperbaiki hubungan antar siswa yang berbeda latar belakang, etnik dan kemampuannya,
3)Pengembangan keterampilan untuk memecahkan masalah melalui kelompok,
4)Mendorong proses demokrasi di kelas.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Johnson (dalam Supriadi, 1995:56) kooperatif merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan belajar. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang didasarkan atas kerja sama kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup hanya pembelajaran materi saja, tetapi harus mempelajari ketrampilan kooperatif. Ketrampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan peranan tugas agar kelompok dapat bekerja sama secara produktif. Peranan hubungan kerja ini dibangun dengan mengembangkan komunikasi dan hubungan antar anggota kelompok.
Metode pembeljaran kooperatif ini mempunyai kelebihan-kelebihan, yaitu: 1) dapat meningkatkan motivasi belajat siswa; 2) siswa dapat saling berkomunikasi dengan temannya; 3) dapat meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran dan 4) dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar. Keuntungan-keuntungan ini akan lebih apabila dilaksanakan dalam kelas kecil atau kelas yang jumlah siswanya banyak.
Sedangkan menurut Johnson & johnson, Coper (dalam Rahayu, 1998:153) keuntungan belajar kooperatif adalah (a) siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat secara aktif dan memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi, (b) siswa mengembangkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi dan berfikir kritis, (c) hubungan yang lebih positif antar siswa dan kesehatan psikologis yang lebih besar.

3. Pembelajaran Kooperatif Model Tink-Pair-Share (TPS)
Think-Pair-Share (TPS) adalah pembelajaran yang pertama kali dikembangkan oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Maryland pada tahun 1981. kemusdian diadopsi oleh beberapa penulis dan dimasukkan dalam ilmu pembelajaran kooperatif. TPS merupakan pembukaan dari interaksi elemen dalam pembelajaran kooperatif, waktu pertanyaan ide dalam berpikir yang mana akan ditampilkan sebagai factor kekuatan dalam mengembangkan respon siswa dalam pertanyaan (Michael, 2003).
TPS merupakan satu diantara banyak model pembelajaran kooperatif dan model ini merupakan salah satu model yang mudah diterapkan. TPS ini dapat digunakan untuk berbagai jenis tingkat kemampuan berpikir. Prosedur yang digunakan sangat sederhana (Laura Candler, 2001).
Hasil dari TPS adalah untuk mengembangkan partisipasi siswa dalam kelas dengan berdiskusi dan meningkatkan pemahaman konsep. Dengan cara siswa saling belajar satu sama lain dan mendapatkan jalan keluar dari ide mereka setelah berdiskusi dan membuat ide mereka untuk didiskusikan dalam sseluruh kelas (Gunter, 1999). Disana terdapat empat tahap untuk Think-Pair-Share dengan batas waktu dalam setiap tahap yang ditandai guru.
Langkah-langkah dalam proses pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) meliputi :
a.Tahap satu : Guru mengajukan pertanyaan
Proses dari Think-Pair-Share (TPS) dimulai ketika guru mengajukan pertanyaan untuk siswa seluruh kelas. Ini mengkin merupakan suatu pertanyaan untuk menyelesaikan masalah yang harus diselesaikan dalam kelas. Pertanyaan yang diajukan haruslah merupakan pertanyaan yang menjadi masalah atau dilema bagi siswa yang akan dipikirkan. Atau guru akan menyampaikan pertanyaan Open-ended.
b.Tahap dua : Siswa berpikir secara individual
Guru memberi waktu kepada siswa untuk berpikir tentang jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Siswa berpikir sendiri tentang tentang solusi daripertanyaan dan siswa memahami bahwa jawabannya merupakan jawaban paling benar.
c.Tahap ketiga : Masing-masing siswa berdiskusi sesama pasangannya mengenai jawabannya.
Akhir dari tahap berpikir siswa adalah waktunya untuk bekerja dengan siswa-siswa lainnyauntuk menentukan jawaban atau bertukar pendapat tentang jawaban dari pertanyaan masing-masing pasangan siswa akan mencoba untuk mencari kemungkinan solusi. Masing-masing pasangan siswa (kelompok kecil) bersama-sama mendiskusikan ide mereka. Ini sangat penting karena siswa mulai membangun konsep mereka dalam diskusi ini dan juga untuk menemukan jalan keluar apa yang harus mereka lakukan dan apa yang mereka tidak tahu (Lymna, F, 1981)
d.Tahap Keempat : Siswa menceritakan jawaban mereka di depan kelas
Pada tahap final ini, masing-0masing siswa baikl secara individual maupun secara kooperatif dapat menampilkan atau menyampaikan solusinya di depan kelas untuk semua kelompok dimana setiap pasangan siswa membangun konsep tentang jawaban mereka. Mereka melihat ada kesamaan konsep dan perbedaan konsep dari masing-masing individu berbeda menemukan ekspresi keunikan jawaban untuk pertanyaan. Lebih dari itu konsep yang dibangun siswa untuk jawaban pertanyaan bahasanya tiddak sama dengan bahasa buku diktat dari guru.

Kesuksesan dan kualitas dari aktifitas Think-Pair-Share (TPS) tergantung dari kualitas pertanyaan yang diajukan pada tahap 1. jika pertanyaan tersebut dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, maka kemampuan tersebut diyakinkan membuat kesatuan dalam tahap kesuksesan.
Selanjutnya dapat dikemukakan keuntungan dan keunggulan Think-Pair-Share (TPS) :
1.Think-Pair-Share (TPS) mudah untuk digunakan dalam berbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan.
2.Menggunakan waktu berpikir akan meningkatkan kualitas respon siswa
3.Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata pelajaran.
4.Memberitahukan kepada kita bahwa kita membutuhkan waktu untuk memproses ide-ide baru dan merekamnya dalam ingatan kita. Ketika gur hanya memberi siswa banyak informasi dalam satu kali waktu, banyak informasi yang akan hilang ” Think-Pair-Share (TPS)” memikirkan tentang pelajaran banyak informasi kritis yang direkam.
5.Siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selam diskusi. (Laura, Candler)
6.Dapat digunakan untuk ide kurikulum karen hanya terbatas pada keaktifan guru.
Aplikasi waktu dalam menggunakan pembelajaran model Think-Pair-Share (TPS) :
dapat digunakan sebelum belajar tentang topic materi belajar (mengetahui kemampuan awal siswa)
selama guru memperagakannya, dapat melakukan eksperimen
untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
hal ini sangat membantu untuk menceritakan ide-ide.

BAB III
KESIMPULAN

1.Metode pembelajaran addalah suatu cara atau teknik mengajar dalam topik tertentu yang disusun secara teratur dan logir
2.Pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.
3.Pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share (TPS) adalah model pembelajaran kooperatif yang mengembangkan pertisipasi siswa dalam kelas dengan berdiskusi dan meningkatkan pemahaman konsep